Dua minggu telah berlalu bersama dengan keluarga baru, tapi rasa itu masih ada kawan. Rasa kebersamaan, kebahagiaan, setia kawan masih ada di ruang hatiku. Jujur diri ini rindu dengan kalian semua. Rindu akan diskusi hangat penuh manfaat dengan kalian. Rindu bercanda bergurau memainkan kata-kata yang bisa menjadi penghibur.
Bangga sekaligus iri ketika bertemu dengan kalian. Wajah-wajah kalian masih tergambar jelas dipelupuk mataku. Suara-suara khas kalian masih terekam dalam memori ingatanku. Cara kalian berjalan, cara kalian makan, cara kalian tertawa masih terngiang-ngiang di langit-langit memoriku. Ah..mungkin ada yang berkata saya terlalu berlebihan. Tapi inilah yang aku rasakan. Kalian begitu luar biasa.

Persaudaraan yang kalian tawarkan seperti magic yang menyulap semuanya jadi indah. Ya..karena hati-hati kita telah saling terpaut, karena adanya satu visi, satu misi dan satu impian akan adanya perubahan.
Kalau diantara kawan-kawan ada yang bilang minder ketika kita semua berkumpul dalam keluarga kunang-kunang, saya justru lebih merasa minder. Hanya merenung dan mngevaluasi diri, sudah seberapa besarkah hal yang bisa lakukan. Kemampuan yang saya sumbangkan untuk orang-orang sekitar. Pertaruhan keikhlasan dalam berbakti. Semakin tertunduk kepala saya ketika menyadari bahwa ternyata belum ada hal besar yang saya lakukan.

Kalian tempat saya berkaca, bahwa suatu saat saya pasti bisa menjadi seperti kalian. Pemuda-pemudi yang mempunyai kasih sayang yang tulus kepada sesama, keikhlasan untuk berbagi yang tak bisa diukur dengan alat ukur apapun. Sampai jumpa kembali kawan, keinginan untuk segera berjumpa dengan kalian membuat saya semangat dalam beraktivitas. Love U All keluarga kunang-kunangku, b’cz we are Family ^_^
Sepotong kain yang putih bersih, belum terjamah oleh debu menjadi incaran seorang pemuda. Seorang pemuda yang gemar menutup kepalanya dengan sorban akrab dipanggil Arief. Terakhir dia membeli syorban adalah lebaran 3 tahun yang lalu. Setelah mengumpulkan uang hasil bersusah payahnya, akhirnya pemuda itu berkeinginan untuk membeli sepotong kain yang akan di buatnya menjadi sebuah sorban, dan bermaksud agar sorban yang telah setia menemaninya selama 3 tahun pensiun.

Hari minggu yang merupakan hari liburnya untuk beristirahat, Arief pergi ke sebuah pasar dengan membawa uang secukupnnya dan berharap bisa menukarnya dengan kain yang telah diincarnya beberapa waktu yang lalu. Ketika Arief hendak masuk ke sebuah toko kain, tiba-tiba ia melihat kerumunan orang. Untuk mengurangi rasa penasarannya, si pemuda tadi mendekati tempat kerumunan orang. Ternyata telah terjadi kecelakaan, seorang anak menjadi korban tabrak lari dan sedang terluka parah. Dengan penuh rasa iba, dia segera membawa anak korban tabrak lari ke rumah sakit. Sebelum masuk ke ruang ICU, Arief harus menyelesaikan urusan administrasi sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh rumah sakit. Demi anak kecil korban tabrak lari, tanpa berpikir panjang Arief langsung menggunakan uangnya untuk menyelesaikan urusan administrasi. Bagi pemuda tersebut, Nyawa lebih utama dibandingkan hanya sekadar menyenangkan diri sendiri.

Sedih memang, itu yang sedang dirasakan oleh Arief. Tapi kesedihan itu tak berlangsung lama, karena dia mengingat pesan dari orang tuanya “Sebaik-baiknya manusia adalah, yang bermanfaat bagi yang lain”. Tentunya kalimat tadi yang bisa menenangkan perasaannya.

Sesaat kemudian, orang tua anak tabrak lari sampai di rumah sakit. Ibu anak tadi histeris mengetahui bahwa anaknya sedang dalam keadaan kriitis karena kehilangan banyak darah. Kebetulan Arif memiliki golongan darah yang sama dengan si anak tadi yaitu golongan darah O. Alhamdulillah, atas pertolongan Allah melalui Arief, anak tadi terselamatkan. Keinginan Arief untuk membeli sepotong kain yang akan dibuat syorban sudah memudar. Sebagai tanda ucapan terimakasih atas pertolongan Arief, ayah dari anak tadi memberikan sebuah bingkisan. Seketika Arief membuka bingkisan yang baru didapatnya, ternyata berisi sebuah sorban. Dengan mata berkaca-kaca Arief mengucapkan syukur kepada Allah dan mengucapkan terimakasih kepada ayah anak tadi. Sorban yang selama ini diimpikan oleh Arief sudah ada di tangan. Senyum mengembang terpancar di bibir Arief ketika memakai syorban. Sorban putih berbahan kain lembut oleh-oleh dari Arab. Sejak saat itu, syorban lama Arief resmi pensiun dan telah digantikkan oleh sebuah sorban Arabia.